Menulis adalah sesuatu yang tidak mudah buat gue, walaupun
sebenernya hobi gue mengarang waktu plajaran bahasa Indonesia di SD, termasuk
mengarang cerita bohong gue jagonya, tapi menuliskan sebuah cerita yang bagus
dan menarik perhatian itu sesuatu banget, susah!, mungkin karena gue memulai
segalanya dengan otodidak, tidak ada yang membimbing, atau memang gue ga’ bakat
menulis kali, tapi ada seorang guru yang sering gue tanyain segala tentang
menulis, dia adalah mbah google.
Pernah gue menulis sebuah novel yang gue ambil dari kisah nyata gue,
sebuah perjuangan yang sangat berat untuk menyelesaikan novel ini terlebih
karena sarana yang ga’ ada, computer jebol motherboardnya, akhirnya gue pinjem
laptopnya Azi dan ade ipar gue, sempet sakit lama gue gara-gara sering
begadang, tidur jam 1 atau jam 2 pagi dan mesti bangun lagi beberapa jam kemudian
untuk sahur karena gue menulisnya pas bulan puasa, penyakit gue sampai harus di operasi
gara-gara memicu penyakit yang lain.
Setelah novel selesai gue kontak teman gue galih yang kebetulan
kerja disebuah penerbit, dia minta gue kirim synopsis novel gue lalu dia
mengirimkannya ke editor, beberapa hari kemudian gue terima review novel gue
yang di forward dari emailnya Galih, balasannya seperti ini……
Review Sinopsis
“Pisang Cokelat”
Kali pertama membaca judul
Pisang Cokelat, saya kira ceritanya akan menyoal perjalanan hidup penjual
pisang coklat yang berjuang demi mencari nafkah, dan dibumbui dengan persoalan
jatuh cinta. Atau, cerita cinta yang fun karena diracik dengan suasana komedi.
Ternyata tidak. Pisang Cokelat (selanjutnya akan disingkat menjadi PC)
menceritakan perjalanan hidup Denie yang merasakan sakitnya patah hati.
Jujur saja, saya belum
menemukan benang merah dalam cerita PC ini. Kalau pun ada, masih belum tampak
jelas apa yang sebenarnya dibicarakan karena saya menangkap kalau PC ini hanya
membahas kisah hidup seorang pria yang patah hati, lalu kehilangan gairah
hidup. Singkatnya, PC masih belum mempunyai topik yang serius dibicarakan.
Di bawah ini, saya memberikan
kritik dan saran tentang cerita PC lebih spesifik, yang mungkin bermanfaat dan
dapat diterima.
- Tokoh dan Karakterisasi.
Sebagai pria, tokoh Deni
terkesan terlalu ’’cengeng“. Ia tidak memiliki konsistensi karena sesaat
mencintai Sophia, sesaat membencinya, lalu untuk mengusir bayangan Sophia ia
berpacaran dengan Ncun, tapi kemudian putus karena kembali terobsesi dengan
Sophia. Pun Sophia dan Gunawan. Bagaimana mungkin Sophia mau mendampingi Deni
sedangkan ia akan menikah, dan agak kurang masuk akal jika Gunawan bisa
menerima tunangannya dekat dengan pria lain selain dirinya—ini jika dilihat
dari sisi emosional si tokoh. Tapi, akan lain cerita jika pada akhirnya Deni
mengalami depresi berat yang mungkin menyebabkan ia sakit keras, kecelakan,
sekarat, atau semacamnya. Jika sudah begini, motivasi Sophia untuk bersedia
mendampingi Deni sebelum pernikahannya, maupun Gunawan rela melihat tunangannya
bersama dengan pria lain, akan jauh lebih masuk akal.
Adapun Ncun, seolah-olah
sebagai tokoh selingan, yang kemunculannya tidak menimbulkan ’’efek’’ apa-apa
kecuali ia cinta mati pada Deni. Saran saya, tokoh Ncun harusnya bisa membawa
pengaruh, bahkan ia sebetulnya tokoh ketiga—di antara kisah Deni dan
Sophia—yang membawa pencerahan atau hal baik. Misal, Ncun tetap setia
menyayangi Deni meski hubungan mereka di putuskan secara sepihak. Alasannya
karena Deni masih, bahkan semakin, terobsesi dengan Sophia.
Tapi, saat Deni
sakit/sekarat/depresi, justru Ncun-lah yang mengatakan tentang keadaan Deni
pada Sophia, dan memintanya untuk menjenguknya. Hal yang seperti inilah yang
mungkin akan membawa para pembaca ke isi cerita yang romantis, tanpa harus
menjadikan salah satu tokoh terkesan ’’cengeng“.
- Latar.
Latar tempat maupun waktu dalam
cerita PC masih belum terlihat. Tapi yang jelas, jika akan mengambil latar di
luar negeri, saran saya tidak perlu karena hal itu belum tentu berpengaruh pada
cerita. Malah, mungkin akan menyia-nyiakan waktu.
- Plot dan Konflik.
Kontribusi hubungan
antara beberapa tokoh dalam cerita ini seperti tak ada kejelasan. Hubungan
antara Deni dan Ncun seperti ditinggalkan begitu saja. Malah, kisah Deni
mengejar Cinta Sophia pun seperti tak ada resolusi sama sekali, tidak terasa
berkembang.
Jika ingin digali lebih
dalam lagi, cerita PC sebenarnya memiliki potensi untuk dikembangkan dengan
sangat kuat. Namun sayang, seperti yang sudah disampaikan di atas, plot cerita
ini seperti tak memiliki benang merah yang kuat, konfliknyapun hanya sebatas
kisah pria yang mengejar cintanya, lalu patah hati. Sangat disayangkan, selain
tema, konfliknya masih kurang terasa kuat, sehingga cerita PC masih terasa umum
dan tak spesifik dalam menonjolkan tema dan permasalahannya.
Lucu juga pas gue baca reviewnya, apalagi dibagian ga’ masuk akal
jalan ceritanya, cerita ini padahal inspirasinya dari kehidupan nyata gue cuma
nama-nama yang kebetulan dibagian rentan aja gue ganti dengan nama lain,
ternyata hidup gue ga’ masuk akal dong didunia novel, haduuuh, haduuuh. Sempat
kepikiran buat ngeditnya lagi sesuai dengan yang diarahkan, atau kalo perlu gue
setting ke permintaan komoditi pasar tapi gue ga’ kunjung mengerjakannya, ga’
kebagian waktunya dengan hal-hal lain yang menyita perhatian, terutama urusan
dapur.
Kalo kalian ada yang mau baca novel gue yang ga’ masuk akal jalan
ceritanya itu, bisa baca mulai dari sini, judulnya PISANG
COKELAT, Swanish love story, jangan lupa like atau share ya…
Penulis Gagal
Reviewed by King Denie
on
9:34 PM
Rating:
No comments:
sempatkan untuk komentar bentar ya... ;)