Swanish's Love Story Part 18
Motor
meluncur membelah malam, pasar Prumpung baru saja terlewat 3 menit lalu,
jalanan ngga’ terlalu ramai, malam berhiaskan bintang-bintang yang
menyempurnakan keindahan sang dewi malam yang sekarang duduk di jok belakang motor gue.
“tau
ga’ lo ini malam apa?..” kata gue berusaha mengarahkan
omongan kearah yang gue inginkan.
“tau,
malam sabtu kan...” katanya sambil ketawa
“lo
tau arah pertanyaan gue ngga’ kearah situ kan neng..” dia tertawa lagi mendengar nada suara
gue yang mungkin terdengar sedikit kesal.
“iya
gue tau malam valentine kan...terus memang kalo malam valentine mengapa..?” katanya
mulai serius, kali ini gue yang tertawa karena sikap dia yang tiba- tiba
berubah serius.
“
gue membelikan lo sesuatu ni..” tangan kiri gue mengambil sebuah kotak putih
panjang berhiaskan pita warna merah dari tas gue, tangan gue tetap memegang
stang supaya motor laju jalannya, mata tetap fokus kejalan, gue ngga’ mau malam
ini jadi kacau karena gue kurang konsentrasi dijalan, dia mengambil kotak putih
panjang itu.
“waaaah,
apa ini Den..?” terdengar suaranya gembira sekali walaupun
belom tau isinya
“cuma
mawar kok, bukan hal yang spesial...”
“mawar?
So sweet....Terima kasih ya..” dia
senang sekali kedengarannya, ingin rasanya gue menoleh ke belakang gue untuk
melihat bagaimana mukanya saat gue beri mawar itu
“maaf
baru kali ini baru bisa gue beri mawarnya...” kata gue
“haha,
iya..biasanya bunga ilalang ya...”katanya tertawa lepas, “terima kasih Den, gue suka...manis
banget” katanya, senaaang banget gue dengarnya, berhasil!
“mau
kemana dulu kita..?” Kata Shopie saat motor ternyata ngga’ langsung masuk ke jalan
baru, malah lurus kearah perapatan Ciseeng.
“makan
dulu....” kata gue
“makan
baso ya, bakso tak terduga...”katanya
“ngga’
malam ini kita makan pecel ayam aja ya...”
“pecel
ayam?”
“kenapa?, ngga suka?”
“suka...”
Ngga’
jauh dari perapatan Ciseeng belok kanan sebelum tukang bakso tak terduga ada tukang pecel ayam, suasananya ngga’
terlalu rame, sesuai dengan apa yang gue rencanakan, cuma ada beberapa pembeli
yang beli untuk dibawa pulang.
Sambil
menunggu pesanan datang Shopie menceritakan
tentang teman akrabnya Dona yang sepertinya mati-matian cinta sama si Udin
sales padahal Dona tau kalo Udin juga dekat sama Parni,
Perhatian
gue teralihkan saat ada pasangan masuk ke warung tenda, wajah yang familiar,
mereka suami istri, istrinya bernama Latifah, tifeh gue manggilnya begitu, dia pernah dekat sama gue dulu, 4 tahun lalu, pacaran?
Sepertinya bukan lebih mirip seperti HTS alias hubungan tanpa status, mungkin
seperti hubungan gue sama Shopie ini, mirip,
atau malah sama, ngga' lama mereka pergi setelah pesanan untuk dibawa pulang mereka siap.
“neng
gue mau nanya ni...” kata gue berusaha recovery dari pemandangan yang sempat
mengalihkan gue “tapi gue mau lo jawab dengan jujur...”sambung gue
“oke..emang
mo nanya apa?...”
“sebenarnya
gue ngga’ mau bahas ini,
kita juga udah komit untuk ngga’ bawa-bawa orang lain saat kita bersama....” Shopie diam, sepertinya
dia berusaha menduga-duga apa yang akan gue tanyakan.
“sebenarnya, benar ngga’ kata
orang-orang lo sama si Gunawan udah tunangan...?” kata gue, dia tersenyum,
mungkin gembira karena pertanyaannya ngga’ susah atau karena gue menyebutkan
nama si Gunawan.
“begini...sebenernya
gue sama dia belom pernah tunangan secara resmi, cuma dia dulu pernah kasih gue
cincin, naah saat itu gue anggap kita sudah tunangan, cincin itu sebagai tanda ikatan...”
katanya, gue menyimak setiap kata yang keluar dari mulutnya, ada rasa gembira
saat mendengarnya
“kalo
itu sich lo belom tunangan namanya neng..” dia tertawa
kecil “kalo sekarang gue beri lo cincin, berarti kita tunangan dong...” sambung gue
“emang
lo mau gue kasih cincin?..” katanya sambil menatap gue dalam, gue deg-degan,
ini bagian tersulit ni, bagaimana cara memberikan cincinnya ditempat umum kaya
gini, tengsin bro..
“thanks
ya Den cincinnya...” ujarnya saat motor sudah meluncur
pulang melewati prapatan Ciseeng yang lumayan rame.
“ada
motif bintang cincinnya, apa maksudnya...?” sambungnya
“bintangnya
itu perlambang seperti gue memuja lo neng, seperti memuja sang bintang...” gue
menjelaskan berusaha mengingat kata yang udah gue susun sore tadi, terdengar
romantis ngga’ ya itu kalimat barusan?
“thanks banget, ini adalah valentine terindah
yang pernah gue rasakan...” katanya, YESS!! Gue berhasil dia bilang valentine
terindah, ngga’ percuma gue keluarin duit lumayan sesuai dengan kepuasan yang
gue dapet, ingat selalu hari ini neng,
seperti gue ngga’ pernah bisa melupakan lo
Jum’at, 13 Februari 2003
Reviewed by King Denie
on
8:51 PM
Rating:
No comments:
sempatkan untuk komentar bentar ya... ;)