Swanish's Love Story Part 14
Enak
mana antara dicintai sama mencintai? Kalo menurut gue lebih enak dicintai karena dengan dicintai gue merasa dibutuhkan sebagai laki-laki, bukan
membutuhkan
perempuan, dicintai seperti raja dan mencintai seperti hamba sahaya yang selalu siap
menelan ludah, siap disakiti, itu versi gue ya, bagaimana versi anda?
Menurut
teman gue yang namanya Nickhen Ocktaviarno yang ternyata dia ngga’ bisa ngupas
salak katanya lebih enak mencintai daripada dicintai ketika gue tanya apa
alasannya kata dia kalo mencintai ada gereget-geregetnya, ada sensasinya, jelas gue ngga’
setuju sama pendapatnya ini.
Beda
pendapat dengan Nickhen (emang kaya gini nulis namanya bukannya gue alay)
menurut teman kampus gue Lestari Octaviani yang lebih seneng di panggil Via,
dia bilang lebih enak di cintai daripada mencintai karena kalo dicintai selalu
dapat perhatian lebih sedangkan kalo mencintai lebih banyak sedih.
Pernah suatu
sore gue bertengkar sama dia, entah apa yang jadi sebab gue terlalu bete buat
mengingatnya yang pasti dia marah, manyun aja sepanjang jalan kenangan, ngga’
ada manis-manisnya, sore itu gue dan dia berdiri di depan misbar bangkrut ngga’
jauh dari perapatan Ciseeng nunggu angkot berjaket atau
biasanya dulu disebut mobil odong-odong beda versi dengan odong-odong zaman
sekarang ya.
Shopie masih
aja manyun ngga’ ada satupun omongan gue yang bisa
membuang manyunnya itu, sampai akhirnya gue mengeluarkan kertas kecil berukuran kira-kira 2 x 10 cm yang gue linting seperti
rokok dari tas gue, kertas ini sudah gue
siapkan 2 hari yang lalu dan sengaja cari
moment yang tepat untuk memberikannya, dia agak heran saat gue keluarin kertas
itu.
“apa
ini...?” katanya, sebuah kertas yang menjadi perwakilan
dari negeri hati gue, negeri yang selalu ditindas
dengan rasa sayang tak berbalas, jawab
gue dalam hati
”buka
aja...” jawab gue singkat, Shopie membuka
lintingan kertas itu pelan-pelan, dan dibacanya tulisan yang ada di kertas itu.
“Aku mencintaimu dengan sederhana, lewat kata yang
tak diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu, dengan kata yang tak
disampaikan awan kepada air yang menjadikannya tiada”
Suasana
hening beberapa saat, dia diam, mungkin meresapi
isi puisi itu, mencerna kesungguhan gue sayang sama dia, mengorbankan apapun
supaya bisa tetap ada disamping dia sebagai apapun, sebagai manusia layak pakai
atau sebagai bentuk yang lain.
Gue
tau dia pasti dia suka puisi ini, puisi keren yang gue bajak dari sebuah majalah,
ngga’ ada kata yang terlontar lagi dari mulutnya selain kata “sudahlah” mungkin
maksudnya dia sudah selesai manyunnya kali,atau sudahlah jangan merayu gue
terus nanti kalo gue jatuh hati gimana? astaga, ngekhayal aja gue dah.
Akhirnya mobil berjaket hitam menghampiri kita dengan mesranya kitapun naik tanpa
basa-basi lagi.
“sampai
kapan sii lo mau terus begini Den?” katanya saat
tubuh kita terguncang guncang mobil karena jalanan yang rusak.
“maksud
lo?” gue ngga’ paham pertanyaan ini, karena tiba-tiba saja dia beri gue pertanyaan seperti ini padahal dari naik mobil tadi dia cuma diam saja.
“sampai
kapan lo tetap bertahan seperti ini, dengan hubungan yang ngga’ jelas kaya
gini, kan lo tau gue udah punya cowo'...” gue pikir dia mo
nanya sampai kapan gue terguncang - guncang diatas mobil ini, salah ternyata.
“kalo
ditanya sampai kapan jawabannya adalah sampai gue bosen neng, sampai gue lelah
menyayangi lo, sampai gue pikir semuanya sudah
cukup, sampai gue merasa sudah waktunya berhenti dengan cerita konyol kita” gue berusaha memberi jawaban seperti yang dia mau, tapi apakah ini jawaban
yang dia mau?
Dia terdiam
lagi, mengapa sii lo jadi diam terus neng mengapa ngga’ lo ucapkan aja, “gue sayang sama lo Den” kata yang gue tunggu dari zaman persilatan, coba
sekali saja ucapkan neng niscaya akan gue bangunkan
kuil cinta buat kita berdua menetap disana, tempat dimana bisa gue genggam
senyum indah lo, sebuah tempat dimana puisi-puisi cinta tidak lagi indah karena
kalah indah dengan manisnya senyuman lo.
Cerita
konyol kita neng, sebuah cerita tentang kebodohan dan kebutaan, ketika rasa
sayang membabi buta didalam dada
Antara dicintai dan Mencintai
Reviewed by King Denie
on
8:41 PM
Rating:
No comments:
sempatkan untuk komentar bentar ya... ;)