Swanish's Love Story - Part 28
Imaji
Gue
asyik menikmati kelapa muda dibawah pohon jublek didepan warung nyokap gue di Gn. Kapur sambil baca
notifikasi group WhatsApp Ikatan Alumni Nevar17 di hape, terlalu asyik gue mungkin hingga ngga’ sadar ada yang mendekati gue.
“Assalamu
‘alaikum” suaranya
terdengar akrab di telinga, gue mengangkat wajah
gue yang sedari tadi ke hape, setengah ngga’ percaya gue melihat siapa yang ada didepan gue, astaga Shopie, ada angin apa dia tiba-tiba ada di depan gue
“wa
‘alaikum salam” gue masih terpaku melihat sosok yang ada didepan gue ini
“hallo...apa kabar?” katanya
sambil mengulurkan tangannya, gue menjabat tangan itu dengan sedikit gemetar
“berdua...” waduuh berdua dengan
si perampas beruntung itu jangan-jangan, bisa-bisa ditembak mati gue disini,
tepat di kepala, didepan warung nyokap gue lagi, darah muncrat kemana-mana,
haduuuuh...
“lalu
mana teman kamu?” kata gue sambil menelan ludah
“bukan
teman, berdua dengan gojek...”
“owh...gojek, aku pikir dengan....” ternyata gojek yang mengantarnya kesini, tukang ojek online dengan
jaket ijo itu.
“kenapa?, kamu pikir aku datang dengan dia ya...?”
gue nyengir kuda menyembunyikan kekhawatiran gue.
“ayo
duduk sini atau mau dimana?” kata gue dengan sedikit salah tingkah karena dia terus memandang gue
“eeh,
tapi kamu sengaja mau ketemu aku apa lagi mau kemana?” kata gue takut salah, dia tertawa, gue garuk-garuk kepala yang
tiba-tiba gatal, ketombe apa kutu yaa…
“aku
duduk disini aja” katanya sambil ambil posisi duduk
di tikar dimana gue sedang duduk, tepat didepan gue, haduuuh rasanya dada gue sesak ini, perlu
nafas buatan, tolong...
Sudah lama ngga’ bertemu dengannya, walaupun
kadang ingat kadang tidak, dulu dia adalah makhluk yang paling sering menghiasi
otak gue dengan keindahan walaupun kadang lebih sering membuat gegana alias
gelisah galau merana.
Namanya adalah sebuah nama yang paling sering gue
tuliskan sedangkan gue mungkin hanyalah nama yang tak pernah dia sebut.
Walaupun sudah lama gue hapus setiap kenangan saat
bersamanya tapi bila dia ada tepat didepan gue tiba-tiba flashback kemasa-masa
itu, tersesat saat di Gn. Gede, saat mendaki Mahameru, diving di Bunaken, eeh
entar dulu deh, kayanya yang ini bukan sama dia deh, sorry salah fokus J
“aku
sengaja mau ketemu kamu disini...” katanya lagi,
gue mengernyitkan dahi, ada apa gerangan
“Well...?” kataku berusaha
mencairkan suasana yang tiba-tiba beku setelah pesanan kelapa muda untuk Shopie datang “tentunya
ada sesuatu yang membuat kamu datang kesini?” Shopie tersenyum, oh my god! Senyumnya masih
semanis dulu.
“iya,
kemarin aku jalan-jalan ke toko buku dan ga’ sengaja menemukan buku ini...” Shopie
mengeluarkan sebuah buku dari tasnya, gue kenal
banget buku itu, buku gue “Pisang
cokelat-Swanish love story” buku tentang gue dan kegilaan gue dengan pisang cokelat
“boleh
aku lihat?” aku mengambil buku itu dari tangannya setelah dia mengiyakan “Pisang
cokelat-Swanish love story, penulisnya georgeous
kamal…bukunya tentang apa?” kata gue pura-pura ngga’ tau dengan
buku itu
tentunya dengan memasang wajah innocent yang mungkin malah terlihat seperti
wajah penjahat kalo gue rasa sii.
“Sudahlah
jangan pura-pura gitu, aku tau kamu yang menulis buku itu” Shopie memandang tajam kearah gue, setajam silet
“lho
koq mengapa jadi aku, disini aja ketauan penulisnya Georgeous Kamal” gue mengelak dengan
dahsyat.
“sudahlah
aku tau kalo Georgeous Kamal itu kamu, itu nama facebook dan nama pena kamu kan?” Shopie terus mendesak gue berkali-kali untuk mengaku
“darimana kamu tau kalo Georgeous Kamal itu aku?”
gue masih berusaha mengelak
“Kiwil...”
“Kiwil?”
“iya Kiwil...Dwi, dia yang bilang sama aku, pas
aku tunjukin buku ini ke dia dan membaca judul dan penulisnya dia bilang...
jadi juga akhirnya buku si Deni..” gue nepok jidat mendengar kata Shopie
barusan.
“Oke, aku mengaku, buku ini memang aku yang menulis” gue memasang bendera putih akhirnya, menyerah karena ketauan.
”aku yakin
memang kamu yang menuliskan, ga’ mungkin orang
lain menuliskan dengan sedetil itu cerita kita...”
“Cerita
kita?” gue sedikit
merinding mendengar kata itu masih ada ya cerita kita setelah bertahun-tahun
tertimbun daun-daun dan ranting pohon busuk?
“aku harap
tidak ada efek negative yang aku timbulkan gara-gara buku ini, maaf aku ngga
sempet confirm ke kamu kalo aku menulis buku ini, karena aku pun ga’ yakin kalo buku ini akan terbit”
“ga’ ada efek
negatifnya koq, cuma aku baru tau semua perasaan kamu melalui buku ini..” katanya sambil menunduk
“sebenarnya
aku sedikit khawatir dengan apa yang aku tulis, takut nanti ada yang marah, ada
yang cemburu, ada yang rumah tangganya berantakan gara-gara buku ini, sebuah
cerita lama dan ga’ penting lagi....tidak akan merubah keadaan, tidak akan merubah apa
yang sudah terjadi”
“memang...” ujar Shopie pelan
“buku
ini memang tentang kita, aku cuma ingin
menumpahkan apa yang aku rasa dulu lewat sebuah tulisan, tentang apa yang kamu sudah tau
ataupun apa yang aku tidak pernah
ceritakan ke kamu, tentang perasaan yang mungkin kamu belom tahu,
cuma itu, sama sekali tidak untuk menarik kamu kembali kedunia dimana kita
pernah bernafas bersama”
“aku
tau” Shopie menghela nafas “aku cuma mau bilang terima kasih untuk menuliskan cerita ini” Shopie mengulurkan
tangannya gue menjabat tangan itu
“Aku juga berterima kasih karena kamu pernah
mengisi hari-hariku dan akhirnya menjadi sumber insiprasiku di buku ini” Shopie
tersenyum
Akhirnya senja yang temaram memisahkan kita, waktu
terasa cepat sekali berlalu hari ini, ada rasa gembira terselip di hati hari
ini entah mengapa
Cerita ini cuma imajinasi gue aja, sama seperti Divorce
dan I wish it’s not a dream, bedanya adalah Divorce dan I wish it’s not a dream
cerita imajinasi
tentang dimasa lalu gue, kalo imaji
adalah imajinasi gue dimasa depan, bila buku ini terbit J
Seraut Wajah Dalam Lamunan
Reviewed by King Denie
on
9:25 PM
Rating:
No comments:
sempatkan untuk komentar bentar ya... ;)