Swanish's Love Story Part 7
Memuja seorang Shopie
banyak makan hatinya ternyata, sering sesak nafas menahan bara cemburu,
walaupun sebenarnya sudah gue tau sebelumnya akan seperti ini jalannya hubungan gue, tetapi tetap aja gue ngga’ siap
apalagi
dengan banyaknya para cowo' yang ngantri mo
ngajaknya jalan, ngajak makan, ditambah lagi dia orangnya selalu ingin
dimengerti tanpa berusaha ngerti gue.
Banyak perbedaan pendapat yang sebenarnya sepele jadi masalah besar, hal-hal ngga’ jelas
bisa jadi kembang perselisihan, padahal gue udah cukup legowo dengannya,
menerima dia apa adanya, rela tersakiti, ikhlas dicabik- cabik, tapi apalah
daya gue akhirnya gue juga yang kalah.
Hal
yang paling sering didebatkan antara kita adalah adalah masalah aliran dalam
Islam, dia sering mempermasalahkan aliran itu dan itu adalah hal yang paling
gue ngga’ suka, lagi mengapa sii mesti ada aliran-aliran dalam Islam, aliran
ini, aliran itu, jama’ah ini, jamaah itu yang akhirnya Islam itu menjadi pecah
belah, ingat ngga’ dengan politik Belanda divide
et impera? Mirip sekali dengan fenomena Islam zaman sekarang di pecah belah
dulu lalu mudah untuk dihancurkan.
Islam
terlihat kokoh diluar tetapi keropos didalamnya, terlihat dari fenomena yang
terjadi sekarang adalah banyak pemuda Islam yang ngga’ tau pacaran yang halal
itu seperti apa, mampang mumpung lagi pacaran buru-buru mengambil yang masih
haram dijamah dan dimiliki, mungkin yang lebih parah gue kali, yang udah tau
pacaran versi halal dan haramnya masih saja terbujuk rayu syaiton yang memakai
baju pink bertuliskan CINTA, Ya Allah hamba mohon ampun atas kebodohan hamba
atas ego hamba untuk mendapatkan Shopie hingga menginjak dan memasuki dunia
yang belum pantas hamba pijak. Gue dan iman gue yang tipis.
"jadi sampai disini aja ni cerita kita"
kata gue dengan suara serak menahan gundah
"ya.." katanya singkat, gilaaaa...hancur
hati gue berkeping-keping, selama ini gue puja dia,
ternyata cuma sampai disini saja, banyak pertanyaan yang sebenarnya ingin gue
lontarkan tapi ngga’ jadi, karena hasilnya pasti akan sama saja, kita tetap pisah.
Gue
menunduk, menelan ludah, tak bisa berbuat apa-apa saat
disergap rasa kecewa, semudah itu dia mengucapkannya, tidakkah dia tau ngga’
mungkin gue bendung semua rasa yang sudah sedemikian besar terhadapnya, tapi
sekarang...
Sedih? iya, galau?
banget...tapi gue pikir buat apa juga gue tetap bertahan dihidupnya, gue hanyalah orang ketiga, atau keempat atau kelima, setelah
si kena guna-guna ama kawan, si Muhidin, si Juling, si Salam atau siapa lagi, entahlah, lagian hubungan ini ngga’
akan pernah jelas akan sampai mana, tapi tetap aja gue galaaaau...
Saat
gue berusaha menuliskan semuanya kedalam sebuah tulisan, gue berusaha me-recall
semua memory gue yang sudah terpendam selama puluhan tahun, terkubur dan
berlumut, gue berusaha mengingat-ingat alasan mengapa hari itu dia mengusir gue
dari sampingnya, tapi tak ada yang gue ingat, semuanya kabur, apa mungkin
karena gue mulai pikun ya...
Ada
satu yang gue ingat yang membuat hubungan kita jadi ngga’ nyaman, bukan karena
wajah gue yang membuat ngga’ nyaman kalo dilihat atau karena kulit gue yang
terlalu eksotik tetapi lebih kepada prinsip-prinsip yang masih berusaha gue
pegang dengan gonjang ganjing iman gue yang tipis.
Shopie
ngga’ suka dengan prinsip-prinsip hidup yang masih melekat di gue mungkin juga
dia juga merasa kalo hubungan kita ngga’ akan sampai kemana-mana, cuma jalan
ditempat sehingga dia lebih memilih membunuh mati perasaan yang baru tumbuh
dengan meracuninya tanpa rasa bersalah.
Aku ngga tau apakah aku masih bisa
merawat dan tetap menjaga rasa sayang dan cinta aku, kalo kamu sekarang sudah
sedingin es
Aku ngga tau apakah aku akan mampu
membunuh rasa sayang yang begitu cepat bersemi dan harus begitu cepat mati…
Aku ngga pernah menyesalkan something
yang pernah ada diantara kita
Aku ngga
pernah menyesalkan waktu yang telat memperkenalkan kita
Aku ngga pernah menyesalkan telah
menumpahkan rasa sayang setulus hati walaupun akhirnya yang aku terima cuma
seember kebohongan
Dan aku ngga pernah menyesalkan rasa
sayang yang tiba-tiba jadi tak peduli dan antipati karena aku sayang kamu
(sebuah
catatan kecil dari buku lama yang gue temukan)
|
Setelah perpisahan dari hubungan yang seumur jagung, gue
berusaha merubah perlakuan gue dengan Shopie walau dengan susah payah, tidak
lagi memanggil namanya Shopie sayang, gue bilang sama Shopie akan memanggilnya
Jenong, seperti yang lain memanggilnya “Shopie Jenong” dan dia memanggil gue
Boteng, seperti teman-teman dekat gue memanggil gue, yang pasti ngga’ bisa
dirubah dengan cepat adalah perasaan gue yang masih membabi buta.
Sampai disini...
Reviewed by King Denie
on
8:27 PM
Rating:
No comments:
sempatkan untuk komentar bentar ya... ;)